Kanker Serviks: Gejala, Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Lengkap

Apa Itu Kanker Serviks?
Kanker serviks adalah keganasan yang berkembang di leher rahim (serviks), bagian bawah uterus yang menghubungkan rahim dengan vagina. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi jangka panjang HPV (Human Papillomavirus) risiko tinggi, terutama tipe 16, 18, 31, 33, 45, 52 dan 58 . Kanker ini berkembang perlahan dan sering tanpa gejala pada tahap awal, sehingga deteksi dini sangat penting.
Kanker Serviks di Indonesia
Menurut WHO, kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua akibat kanker pada perempuan di Indonesia. Setiap tahun, lebih dari 36.000 kasus baru terdiagnosis dan sekitar 21.000 perempuan meninggal dunia karenanya. Hal ini menunjukkan pentingnya pencegahan melalui vaksinasi dan skrining.
Penyebab Kanker Serviks
Penyebab utama adalah infeksi HPV risiko tinggi. Faktor risiko lain meliputi:
- Aktivitas seksual di usia muda (<17 tahun)
- Memiliki banyak pasangan seksual
- Merokok
- Sistem imun lemah (misalnya mengalami HIV/AIDS)
- Tidak menjalani skrining serviks secara rutin
Tahapan Kanker Serviks (FIGO 2009)
- Stadium IA: Mikroskopik, belum terlihat maupun timbul gejala
- Stadium IB: Terbatas di serviks, tetapi bisa terlihat
- Stadium II: Menyebar di luar serviks, belum mencapai dinding panggul
- Stadium III: Menyebar ke dinding panggul atau vagina bagian bawah
- Stadium IV: Menyebar ke kandung kemih, rektum, atau organ jauh (paru, hati)
Gejala Kanker Serviks
- Perdarahan tidak normal (di luar haid, setelah berhubungan seksual, pascamenopause)
- Keputihan berbau atau bercampur darah
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Nyeri panggul kronis
- Penurunan berat badan drastis disertai gejala lainnya
Diagnosis Kanker Serviks
Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan sebagai skrining/penapisan dan diagnosis, antara lain:
- Pap Smear: Deteksi sel abnormal
- Tes HPV DNA: Deteksi virus HPV risiko tinggi
- Kolposkopi: Pemeriksaan serviks dengan alat pembesar
- Biopsi: Konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histopatologi
Penentuan stadium penyakit dilakukan melalui kombinasi pemeriksaan fisik, pencitraan, dan pemeriksaan histopatologi.
Vaksinasi HPV
Vaksin HPV melindungi terhadap infeksi HPV tipe berisiko tinggi. Jenis vaksin:
- Bivalen (2 tipe): HPV 16 dan 18
- Tetravalent (4 tipe): HPV 6, 11, 16, 18
- Nonavalent (9 tipe): HPV 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, 58
Jadwal Rekomendasi:
- Usia 9–14 tahun: 2 dosis
- Usia ≥15 tahun – 45 tahun (perempuan) atau 26 tahun (laki-laki): 3 dosis
Skrining Kanker Serviks
Skrining penting untuk mendeteksi lesi pra-kanker, dan idealnya dilakukan usia 25-65 tahun atau dimulai 3 tahun setelah aktif secara seksual:
- Pap smear: setiap 3 tahun
- Co-testing Pap smear + HPV DNA setiap 3-5 tahunIVA digunakan sebagai alternatif pemeriksaan untuk melihat kelainan area serviks, dilakukan setiap 3 tahun
Saat ini, tersedia pemeriksaan untuk deteksi infeksi virus HPV sebelum munculnya kelainan di area serviks yaitu tes HPV DNA. Tes ini dapat dilakukan setiap 3-5 tahun sekali.
Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan kanker ini menyesuaikan stadium saat terdiagnosis dan kondisi pasien. Beberapa pilihan pengobatan sesuai stadium antara lain:
- Stadium IA1: Konisasi atau histerektomi
- Stadium IA2–IIA: Histerektomi radikal + limfadenektomi
- Stadium IIB–IVA: Kemoradiasi kombinasi
- Stadium IVB: Kemoterapi sistemik, terapi paliatif
Pencegahan Kanker Serviks
- Vaksinasi HPV sejak dini
- Skrining rutin sesuai usia dan risiko
- Hindari merokok
- Perilaku seksual aman (gunakan kondom, setia pada pasangan)
- Pola hidup sehat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Diobati
Dengan edukasi yang benar, vaksinasi HPV, dan skrining rutin, penyakit ini sangat mungkin dicegah dan diobati sejak dini. Komitmen bersama dari pemerintah, fasilitas kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk mengeliminasi kanker serviks di Indonesia.
Referensi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). Cervical cancer screening guidelines.
Global Cancer Observatory. 2022. Indonesia Fact Sheet. https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf
Healthline. (2022). What do the results of a full blood count tell you about cervical cancer?. https://www.healthline.com
Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI). (2018). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Ginekologi (PNPK HOGI). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI). 2023. SKRINING KANKER SERVIKS DAN TINDAK LANJUT TEMUAN ABNORMAL. https://inasgo.org/guidelines/AlgoritmaHOGI.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024a). Dunia berupaya mengeliminasi kanker serviks. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240110/2144715/dunia-berupaya-mengeliminasi-kanker-serviks/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024b). Buku Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi HPV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024c). Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim di Indonesia 2023–2030. Jakarta: Ditjen P2P.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024d). Rencana Kanker Nasional 2024–2034. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Mayo Clinic. (2023). Cervical cancer. https://www.mayoclinic.org
National Health Service UK (NHS). (2024). Cervical cancer. https://www.nhs.uk
WebMD. (2023). Cervical cancer. https://www.webmd.com
World Health Organization (WHO). (2024). Cervical cancer. https://www.who.int
World Health Organization (WHO). (2021). Global strategy to accelerate the elimination of cervical cancer as a public health problem. https://www.who.int/publications/i/item/9789240014107
Zhang, S., Xu, H., Zhang, L., Qiao, Y. (2020). Cervical cancer: Epidemiology, risk factors and screening. Chinese Journal of Cancer Research, 32(6), 720–728.