Pemeriksaan Laboratorium Untuk HIV

Pemeriksaan laboratorium HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah tes pemeriksaan untuk mengetahui adanya infeksi virus HIV di dalam tubuh manusia melalui spesimen darah yang diproses menjadi serum atau plasma.
Metode pemeriksaan HIV
Dalam pemeriksaan laboratorium HIV ada beberapa metode, yaitu:
- Metode imunokromatografi (Rapid test)
Metode ini merupakan skrining tes untuk HIV metode paling umum dan mudah dilakukan untuk mendeteksi infeksi HIV. Tes ini mencari adanya antibodi yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus HIV. - Metode Western blot/immunoblotting
Metode pemeriksaan untuk menindak lanjuti hasil dari pemeriksaan skrining tes pada pemeriksaan HIV, Tes ini mendeteksi protein virus HIV dalam darah dan merupakan tes yang sangat spesifik untuk HIV. - Metode Enzyme–linked immunoassay (ELISA)
Metode tes ini dapat mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV dalam darah. Tes ELISA sangat penting karena dapat mengidentifikasi infeksi HIV pada individu yang terpapar virus, bahkan sebelum munculnya gejala. - Pemeriksaan laboratorium HIV metode Polymerase chain reaction (PCR)
Tes PCR mendeteksi keberadaan materi genetik HIV (RNA virus) dalam darah. Tes ini sangat sensitif dan dapat mendeteksi infeksi HIV sejak dini, bahkan sebelum antibodi terbentuk dalam tubuh.
Human Immunodeficiency Virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel T CD4+, yang berfungsi melawan infeksi. Tanpa pengobatan, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang berisiko fatal. HIV merupakan jenis Retrovirus yang menyerang sistem imun tubuh (daya tahan tubuh). Tubuh seseorang yang terserang virus HIV akan membentuk antibodi, sehingga didapatkan antigen HIV serta antibodi virus HIV. Faktor penularan HIV paling utama yaitu, tindakan seksual heteroseksual dan homoseksual berisiko. Penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang lain, melalui transfusi darah, serta penularan dari ibu yang diturunkan kepada anaknya.
Pada tahap awal infeksi HIV, yang sering disebut sebagai infeksi akut HIV, gejala biasanya muncul antara 2 hingga 4 minggu setelah paparan virus. Pada fase ini, virus mulai berkembang biak dengan cepat, dan tubuh mulai menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap infeksi.
Gejala HIV
Gejala pada tahap ini sering kali mirip dengan flu atau infeksi virus lainnya, dan bisa berlangsung selama 1 hingga 2 minggu. Beberapa yang paling umum, meliputi:
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Ruam kulit
- Mual dan muntah
- Nyeri otot dan sendi
- Kelelahan ekstrem
- Sakit kepala
- Nyeri pada otot dan sendi.
Pada banyak orang, gejala ini mungkin hilang setelah beberapa minggu dan tidak segera dikenali sebagai gejala HIV, karena mirip dengan infeksi virus lainnya. Karena itu, banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menyadari mereka terinfeksi pada tahap awal ini. Kemudian, pada tahap lebih lanjut penurunan sistem imun menyebabkan orang dengan infeksi virus HIV rentan mengalami infeksi kuman lainnya dan menunjukkan tanda serta gejala infeksi kuman tersebut.
Pemeriksaan laboratorium HIV merupakan langkah penting dalam deteksi dini infeksi HIV. Dengan mengetahui status HIV seseorang, dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat agar virus tidak menyebar ke orang lain. Selain itu, pemeriksaan dini memungkinkan individu yang terinfeksi untuk mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) yang efektif. Pengobatan ini dapat menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh, sehingga memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kemungkinan penularan.